Mendidik anak dengan cinta. Setelah menjadi orang tua, kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik untuk buah hati, termasuk pendidikannya. Siapa sih, yang tidak ingin anaknya hidup berkecukupan di masa mendatang berkat pendidikan yang baik? Oleh karena itu, orang tua pasti akan berjuang lebih giat lagi mencari nafkah demi bisa menyekolahkan anak di sekolah terbaik.
Tapi, apa benar sekolah terbaik itu harus yang mahal biayanya? Ada harga ada rupa. Sekolah yang bagus dengan fasilitas komplit pasti membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan sekolah yang biasa saja. Kalau menurut saya sih, belum tentu lho sekolah mahal itu akan menjamin anak sukses di kemudian hari.
Hidup adalah perjuangan. Sebelum menghadapi dunia orang dewasa yang penuh lika-liku, pendidikan sejak kecil disiapkan sebagai modal. Tanpa banyak ilmu, seseorang tidak akan tahu seperti apa dunia yang akan dihadapinya. Selain ilmu, kesiapan mental dan ahlak juga tidak kalah penting. Jadi, tidak hanya kecerdasaan otak saja yang diperlukan tapi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Saya tidak akan menguraikan lebih lanjut tentang definisi tiga kecerdasan di atas. Sila googling ya! Saya ingin membahas betapa pentingnya mendidik anak dengan cinta. Iya, cukup dengan cinta saja! Dengan cinta, kita sebagai orang tua pasti akan memberikan segala hal yang dibutuhkan anak agar kelak berguna bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Juga bisa membanggakan kita sebagai orang tuanya di kemudian hari nanti.
Mendidik anak tidak hanya dilakukan di rumah saja. Anak-anak tentu harus menimba ilmu di sekolah secara formal. Beberapa orang tua ada yang lebih menyukai sistem pendidikan home schooling karena tidak mempercayai sistem pendidikan yang ada di negara kita. Itu bebas saja, tidak masalah. Yang penting, anak nanti bisa mendapat ijazah resmi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
Mempercayakan sepenuhnya pendidikan anak ke sekolah banyak dilakukan oleh para orang tua. Mungkin karena kesibukan mencari nafkah, kebersamaan bersama keluarga berkurang sehingga tidak sempat memberi 'pelajaran tambahan' pada anak di rumah. Memangnya di rumah harus dapat pendidikan lagi? Ya harus dong! Mendidik anak dilakukan di mana saja. Jangan lupa, sekolah anak yang pertama adalah orang tua. Bahkan ada istilah yang mengatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Jika hanya mengandalkan sekolah sebagai tempat mendidik anak dan tidak melakukannya di rumah, pada masa mendatang akan ada sesuatu yang kurang pada anak tersebut. Dunia boleh melihat seseorang itu sukses, namun kehidupan pribadinya bermasalah karena tidak dekat dengan orang tuanya sendiri. Atau kurang puas terhadap kehidupan karena merasa ada sesuatu yang kurang.
Contoh kasus pertama: keluarga kaya yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah mahal terbaik. Sekolah yang membuat si anak berprestasi. Namun saat pulang ke rumah, kedua orangtuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Akhirnya si anak tumbuh jadi pribadi yang tidak peduli pada orang tua meskipun punya karir yang baik.
Contoh kedua: menyekolahkan anak di sekolah yang terkenal ketat mengajarkan nilai-nilai agama. Di rumah, kedua orangtuanya menjalani hidup yang justru tidak mencerminkan orang yang beriman. Akibatnya, anak hanya patuh beribadah di sekolah saja. Setelah lulus, si anak salah pergaulan dan terlibat banyak masalah.
Contoh ketiga: menyekolahkan anak di sekolah biasa, namun di rumah sang ibu mengajarkan agama dan memberi contoh beribadah yang baik. Hasilnya, anak menjadi dekat dengan orang tua dan berprestasi di bidangnya.
Dari ketiga contoh di atas, saya ingin menyimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak. Pada kasus ketiga dengan anak yang salah pergaulan, dituntut kejelian orang tua untuk mengamati lingkungan tempat anak-anak bergaul. Apakah lingkungan itu baik pengaruhnya untuk anak atau tidak?
Ingat istilah 'it takes a village to raise a child?' yang artinya untuk membesarkan seorang anak diperlukan bantuan dari lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang baik mendukung anak bisa tumbuh dengan baik, begitu pula sebaliknya. Orang tua harus waspada dan siap menjadi tameng untuk anak-anaknya agar terhindar dari pengaruh lingkungan yang buruk. Dengan cara apa orang tua bisa melindungi anak-anaknya? Dengan cinta, tentu saja.
Mendidik anak dengan cinta. Mana ada orang tua yang tidak mencintai anaknya sendiri sih? Terus, mendidik dengan cinta itu apa? Bukankah yang dilakukan orang tua pasti karena cinta terhadap anaknya? Betul, tapi kadar cinta di sini yang dipertanyakan. Orang tua pasti cinta dengan anaknya. Namun saat orang tua lebih mencintai pekerjaannya, maka anak bisa merasa diabaikan (contoh kasus pertama). Atau orang tua yang lebih mencintai nikmat duniawi sehingga lupa memberi contoh yang baik pada anak (contoh kasus kedua).
Mendidik anak dengan cinta menurut saya meliputi hal-hal sebagai berikut:
Postingan ini adalah kolaborasi dari arisan link Dilo Bogor. Tema pendidikan adalah ide dari Ibu Ina Tanaya untuk menjadi tema di bulan Mei sekaligus untuk merayakan hari Pendidikan Nasional. Tulisan Ibu Ina tentang pendidikan bisa dibaca di Mengejar Ketertinggalan Pendidikan.
Tapi, apa benar sekolah terbaik itu harus yang mahal biayanya? Ada harga ada rupa. Sekolah yang bagus dengan fasilitas komplit pasti membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan sekolah yang biasa saja. Kalau menurut saya sih, belum tentu lho sekolah mahal itu akan menjamin anak sukses di kemudian hari.
Hidup adalah perjuangan. Sebelum menghadapi dunia orang dewasa yang penuh lika-liku, pendidikan sejak kecil disiapkan sebagai modal. Tanpa banyak ilmu, seseorang tidak akan tahu seperti apa dunia yang akan dihadapinya. Selain ilmu, kesiapan mental dan ahlak juga tidak kalah penting. Jadi, tidak hanya kecerdasaan otak saja yang diperlukan tapi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Saya tidak akan menguraikan lebih lanjut tentang definisi tiga kecerdasan di atas. Sila googling ya! Saya ingin membahas betapa pentingnya mendidik anak dengan cinta. Iya, cukup dengan cinta saja! Dengan cinta, kita sebagai orang tua pasti akan memberikan segala hal yang dibutuhkan anak agar kelak berguna bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Juga bisa membanggakan kita sebagai orang tuanya di kemudian hari nanti.
Mendidik anak tidak hanya dilakukan di rumah saja. Anak-anak tentu harus menimba ilmu di sekolah secara formal. Beberapa orang tua ada yang lebih menyukai sistem pendidikan home schooling karena tidak mempercayai sistem pendidikan yang ada di negara kita. Itu bebas saja, tidak masalah. Yang penting, anak nanti bisa mendapat ijazah resmi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
Mempercayakan sepenuhnya pendidikan anak ke sekolah banyak dilakukan oleh para orang tua. Mungkin karena kesibukan mencari nafkah, kebersamaan bersama keluarga berkurang sehingga tidak sempat memberi 'pelajaran tambahan' pada anak di rumah. Memangnya di rumah harus dapat pendidikan lagi? Ya harus dong! Mendidik anak dilakukan di mana saja. Jangan lupa, sekolah anak yang pertama adalah orang tua. Bahkan ada istilah yang mengatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Jika hanya mengandalkan sekolah sebagai tempat mendidik anak dan tidak melakukannya di rumah, pada masa mendatang akan ada sesuatu yang kurang pada anak tersebut. Dunia boleh melihat seseorang itu sukses, namun kehidupan pribadinya bermasalah karena tidak dekat dengan orang tuanya sendiri. Atau kurang puas terhadap kehidupan karena merasa ada sesuatu yang kurang.
Contoh kasus pertama: keluarga kaya yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah mahal terbaik. Sekolah yang membuat si anak berprestasi. Namun saat pulang ke rumah, kedua orangtuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Akhirnya si anak tumbuh jadi pribadi yang tidak peduli pada orang tua meskipun punya karir yang baik.
Contoh kedua: menyekolahkan anak di sekolah yang terkenal ketat mengajarkan nilai-nilai agama. Di rumah, kedua orangtuanya menjalani hidup yang justru tidak mencerminkan orang yang beriman. Akibatnya, anak hanya patuh beribadah di sekolah saja. Setelah lulus, si anak salah pergaulan dan terlibat banyak masalah.
Contoh ketiga: menyekolahkan anak di sekolah biasa, namun di rumah sang ibu mengajarkan agama dan memberi contoh beribadah yang baik. Hasilnya, anak menjadi dekat dengan orang tua dan berprestasi di bidangnya.
Dari ketiga contoh di atas, saya ingin menyimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak. Pada kasus ketiga dengan anak yang salah pergaulan, dituntut kejelian orang tua untuk mengamati lingkungan tempat anak-anak bergaul. Apakah lingkungan itu baik pengaruhnya untuk anak atau tidak?
Ingat istilah 'it takes a village to raise a child?' yang artinya untuk membesarkan seorang anak diperlukan bantuan dari lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang baik mendukung anak bisa tumbuh dengan baik, begitu pula sebaliknya. Orang tua harus waspada dan siap menjadi tameng untuk anak-anaknya agar terhindar dari pengaruh lingkungan yang buruk. Dengan cara apa orang tua bisa melindungi anak-anaknya? Dengan cinta, tentu saja.
Mendidik anak dengan cinta. Mana ada orang tua yang tidak mencintai anaknya sendiri sih? Terus, mendidik dengan cinta itu apa? Bukankah yang dilakukan orang tua pasti karena cinta terhadap anaknya? Betul, tapi kadar cinta di sini yang dipertanyakan. Orang tua pasti cinta dengan anaknya. Namun saat orang tua lebih mencintai pekerjaannya, maka anak bisa merasa diabaikan (contoh kasus pertama). Atau orang tua yang lebih mencintai nikmat duniawi sehingga lupa memberi contoh yang baik pada anak (contoh kasus kedua).
Mendidik anak dengan cinta menurut saya meliputi hal-hal sebagai berikut:
- * Mendidik anak untuk cinta terhadap sang pencipta.
- * Mendidik anak untuk cinta terhadap dirinya sendiri.
- * Mendidik anak untuk cinta kepada kedua orang tuanya.
- * Mendidik anak untuk cinta terhadap saudara dan keluarganya.
- * Mendidik anak untuk cinta terhadap orang-orang di sekitarnya.
- * Mendidik anak untuk cinta terhadap lingkungannya.
- * Mendidik anak untuk cinta terhadap ilmu pengetahuan.
- * dan masih banyak lagi
Saya punya pengalaman pribadi sebagai anak yang mengalami salah satu contoh kasus di atas. Hal tersebut membuat saya memutuskan untuk mendidik anak dengan cinta. Dari daftar di atas, ilmu pengetahuan ada di urutan ke sekian. Kesannya, saya tidak mementingkan prestasi, ya. Bagi saya, anak itu tidak harus berprestasi dengan peringkat dan angka-angka terbaik di sekolah.
Saya juga tidak memaksakan anak-anak saya harus berprestasi. Berdasarkan pengamatan saya, prestasi akademik di saat sekolah dan kuliah tidak belum tentu berpengaruh terhadap kesuksesan di masa mendatang. Kesiapan mental dan kepribadian yang kuat lah yang bisa membuat seseorang bisa menaklukan tantangan di dunia kerja dan berprestasi meraih sukses.
Saya juga tidak memaksakan anak-anak saya harus berprestasi. Berdasarkan pengamatan saya, prestasi akademik di saat sekolah dan kuliah tidak belum tentu berpengaruh terhadap kesuksesan di masa mendatang. Kesiapan mental dan kepribadian yang kuat lah yang bisa membuat seseorang bisa menaklukan tantangan di dunia kerja dan berprestasi meraih sukses.
Impian saya adalah punya anak-anak yang sukses menurut ukuran mereka masing-masing, berahlak baik, dan mencintai orang tua serta keluarganya. Itu saja. Sebagai mantan anak broken home, saya banyak mengalami kesedihan. Saya tidak ingin anak-anak saya mengalami hal yang sama. Itulah sebabnya mendidik anak dengan cinta adalah segalanya bagi saya.
mendidik anak dengan cinta, bagus banget mak frase itu :) Memang ya, prestasi di bidang akademik ga berkorelasi lurus sama kesuksesan kl ga dibarengi dengan akhlak :)
ReplyDeleteSukak sm kata2nya mak inna, dan tengkiu udh berbagi ttg mendidik anak dg cinta,
ReplyDeleteAh semoga deh, aku bs istiqomah mendidik si ken dg cinta jg, amin
Mendidik anak dengan cinta, ahh begitu gampang diucapkan, namuh butuh perjuangan yang sabar dan keikhlasan dalam menghadapinya ya Mak..
ReplyDeleteSemoga kita menjadi Orang tua yang sukses mengantarkan anak ke gerbang kesuksesan dunia akherat. Amiin..
*mendadak sok bijak eykeh mak
Saya sangat setuju mendidik anak dg cinta jauh kbh penting dr aspek lainnya.
ReplyDeletesebenernya saya bukan anak broken home, tp karena cara didik ortu yg beberapa tidak bisa saya terima, sejak kecil saya sempet terobsesi jd seorang psikiater/psikolog demi adik2 saya mba
ReplyDeleteMendidik dengan cinta, ah, kadnag itu yg suka dilupakan oleh ortu
ReplyDeleteTFS mbak itu juga reminder buatku :)
Subhanallah, cara mendidik yang sangat hebat supaya anak menjadi seperti apa yang orang tua inginkan.
ReplyDeleteBener banget bun, anak-anak memang harus benar-benar dijaga dan dididik dengan penuh cinta. Agar anak mempunyai akhlak yang baik dan taat kepada orang tua.
ReplyDeleteIya bener banget, mbk. Anak yang tumbuh di keluarga penuh cinta akan tumbuh menjadi anak yang penuh cinta jg & bahagia.
ReplyDeleteTidak hanya kecerdasaan otak saja yang diperlukan tapi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
ReplyDeleteKadang saya iri dengan orang tua yang begitu perhatian dengan anak-anaknya. Membesarkan anak-anaknya dengan baik, penuh perhatian. Dengan hati yang luas.
Lingkungan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak-anak. Khususnya lingkungan keluarga.
saya setuju sama mbak ina, anak juga harus diberikan pendidikan keagamaan tidak hanya pendidikan formal
ReplyDelete