Tuesday, October 24, 2023

Maafkan, Lupakan, Move On. Bisa Nggak?

"Maaf ya..."

Sebuah kata maaf terlontar dari mulut seseorang ketika dia melakukan kesalahan. Itu kalau yang bersangkutan sadar dan langsung meminta maaf. Tapi kalau nggak ngeh gimana? Pasti ngeselin ya. 

Sebaiknya beri tahu langsung jika ada yang nggak nyadar sudah berbuat salah. Tapi kalau hubungan tidak terlalu dekat, saya sih biarkan saja. Paling dijauhin dulu untuk sementara waktu. Kalau masih diulangi juga kesalahannya baru ditegur. Andai nggak minta maaf atau masih diulang juga, ya sudah menjauh secara permanen.

Mengucap kata maaf itu tidak mudah. Salah satu alasannya bisa karena tidak sadar dia telah melakukan kesalahan. Alasan lain biasanya cenderung ke pribadi orang yang bersangkutan. Misalnya dia gengsi untuk meminta maaf, atau sering menyepelekan orang lain. Bahkan ada juga yang sebenernya tidak tahu bagaimana cara meminta maaf.

Meminta maaf adalah wujud pertanggungjawaban seseorang. Wajar jika orang yang sulit meminta maaf adalah mereka yang kurang peka atau tidak bijaksana. Diperlukan keberanian lho untuk meminta maaf. Karena saat meminta maaf, kita akan menekan rasa egois dan gengsi di depan orang lain.


Akibat Tidak Meminta Maaf

Bagi orang yang dirugikan, kata maaf sebenarnya bisa menghibur perasaannya menjadi lebih baik. Syukur-syukur kalau dimaafkan, maka situasi tidak enak bisa ternetralisir. Kata maaf yang tulus membuat kita menerima dan memaafkan kelakuannya. Namun ada juga kata maaf yang diucapkan asal saja, bikin kita yang memaafkannya juga jadi nggak ikhlas.

Cerita sedikit pengalaman pribadi. Saya pernah waktu kecil kena sundut rokok oleh seseorang. Sakit. Saya bergidik dan melirik, namun yang bersangkutan diam saja meneruskan aktivitas merokoknya tanpa merasa bersalah. Saat itu, hati saya begitu terluka. Saya juga tidak berani bilang kalau saya kena rokok karena takut. Rasa takut itu terus bersarang sampai saya besar.

Kenapa ada orang yang tidak mau minta maaf? Umumnya mereka merasa dalam posisi superior. Jika minta maaf dianggap merendah pada orang lain. Apalagi minta maaf sambil memohon, duh kebayang betapa banyaknya rasa gengsi yang ditekan.

Tahu nggak sih, perasaan terluka akibat tidak pernah ada kata maaf yang terucap itu bisa jadi  dendam. Berawal dari rasa kecewa yang dipendam, hati jadi makin terluka. Padahal nggak harus diucapkan dengan kata maaf juga bisa lho. Nggak usah pakai kata-kata deh. Dengan sikap yang baik sebagai ganti kata maaf juga bisa menentramkan hati yang terluka.


Memaafkan Orang Lain vs Diri Sendiri

Dari awal tulisan saya membahas tentang diri kita yang didzalimi orang lain dan ingin mereka meminta maaf pada kita, atau sikap kita yang memaafkan tindakan mereka. Tahu nggak sih, bukan orang lain saja lho yang membuat kesalahan. Bisa juga diri kita sendiri yang melakukan kesalahan. 

Melakukan kesalahan terhadap diri sendiri. Misalnya kita melakukan sebuah kesalahan (baik yang disengaja atau tidak) yang efeknya bisa merugikan orang lain atau bahkan diri kita sendiri. Buntutnya, kita jadi terus dihantui rasa bersalah. Untuk mengatasinya, kita harus bisa memaafkan diri sendiri.

Memangnya perlu minta maaf pada diri sendiri? Minta maaf pada orang lain aja sebaiknya segera dilakukan, apalagi terhadap diri sendiri. Sama orang lain saja sering abai minta maaf, juga pada diri sendiri. Senasib ya.


Pentingnya Memaafkan

Kenapa kita harus bisa memaafkan? Tentunya agar pikiran jernih tanpa prasangka dan hati kita menjadi tenang. Jika bertemu dengan orang yang berbuat salah, nggak ngedumel dalam hati lagi karena sudah memaafkan. Serupa dengan memaafkan diri sendiri juga membuat hati tenang dan tidak ragu lagi dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Terus, gimana kalau tidak mau memaafkan? Ya susah. Bakalan terus keingat kesalahannya sampai kapan pun. Kalau ketemu jadi kagok nggak sih. Kecuali pandai menyembunyikan perasaan, ya bisa aja beraktivitas bareng seperti biasa dengan orang yang bersangkutan.

Ngomongin menyembunyikan perasaan, ini yang pernah saya lakukan selama bertahun-tahun. Ada yang kerap menyakiti saya. Namun saya tidak bisa berbuat apa-apa karena harus berbakti. Satu-satunya jalan adalah mengikhlaskan diri untuk berada dalam situasi tidak mengenakan atas nama dapat biar dapat pahala. Soalnya katanya kalau ngedumel, pahalanya hilang hehe.

Terus pengamalan pribadi lagi tentang pentingnya memaafkan. Saat berbeda pendapat dan selisih paham dengan perdebatan, hubungan saya jadi renggang dengan seseorang. Seiring berjalannya waktu, saya tahu sikap dingin ini tidak baik. Akhirnya saya merendahkan ego sendiri dengan meminta maaf terlebih dahulu (walaupun menurut saya dia yang salah). Kami pun bermaafan dan berhubungan baik sampai sekarang.


Memaafkan Tapi Tidak Bisa Melupakan

Memaafkan gampang saja diucapkan, namun dalam hati berkata lain. Hati ini rasanya sulit untuk bisa melupakan karena rasa sakit yang begitu dalam. Misalnya cerita tentang seorang teman yang suaminya berselingkuh. Amat sulit baginya untuk memaafkan sang suami ketika dia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Di mulut, sang istri memaafkan, namun kepada saya dia bilang tidak bisa melupakan.

Apakah itu artinya kita belum sepenuhnya ikhlas memaafkan? Bisa jadi sudah memaafkan dan menerima keadaan. Namun hati jadi trauma, ada rasa takut kesalahan itu akan berulang lagi. Ini adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi.

Andai kita disuruh melupakan, ya susah juga. Jangan dipaksa dong. Sudah bagus dimaafkan, eh ini minta dilupakan juga. Getok nih, haha!

Bersabarlah, karena melupakan kesalahan seseorang itu (apalagi kesalahan yang fatal) membutuhkan waktu. Ibarat luka, butuh waktu untuk membuatnya sembuh dan kembali pulis seperti sedia kala. 


Maafkan, Lupakan, Move On

Memberi maaf berarti kita sudah menerima keadaaan, memaklumi kesalahan, dan kalau bisa mengusahakan agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Pahami juga latar belakang mengapa kesalahan itu bisa terjadi. Siapa tahu dia melakukannya karena alasan tertentu.

Jika yang melakukan kesalahan adalah orang terdekat, ingatlah hal-hal baik yang pernah dilakukan saat bersama. Jadi bawaannya nggak berprasangka buruk terus.

Jika itu adalah diri sendiri, yakinkan hati untuk memaafkan dan memaklumi apa yang sudah terjadi. Bangun pikiran-pikiran positif agar tidak terus merasa bersalah.

Bagaimana untuk bisa melupakan, lalu move on seolah tidak terjadi sesuatu? Jawabannya adalah nikmati waktu yang ada. Kalau keukeuh mau cepat lupa, lakukan pengalihan dengan aktivitas lain. Biar sybuque gitu jadi kan cepat lupa, hehe.

Sudah lupa belum? Yuk, waktunya move on! Tapi nggak bisa juga move on alias melanjutkan kehidupan seolah tidak terjadi sesuatu. Kesalahan yang ada itu bisa jadi pelajaran dalam hidup lho. Lupakan hal nyebelin yaitu perasaan sakitnya. Ambil hikmah dan pelajaran berharga dari kesalahan tersebut agar tidak terulang lagi di masa mendatang.

Sebagai penutup, ijinkan saya melampirkan kutipan dari Instagram Bimbingan Islam:

Jadilah pemaaf...

Maafkanlah orang yang pernah menyakitimu

Maafkanlah orang yang mungkin pernah berbuat dzalim kepadamu

Maafkan kesalahan mereka sebagaimana kamu juga ingin Allah memaafkan kesalahanmu.






2 comments :

  1. Memang susah utk bisa memaafkan secara tulus. Apalagi kalo sakitnya sangaaaat berbekas.

    Pernikahan pertamaku gagal krn si mantan selingkuh mba. Marahnya ga usah ditanya lah, soalnya selama ini dia yg cemburu buta, dia yg langsung marah kayak orang gila kalo aku ga jawab telp sesegera mungkin, dan langsung nuduh aku lagi Ama cowo lain. Ternyata dia yg ngelakuin 🤣. Tuhan ga tidur, ketahuannya dia salah kirim SMS utk selingkuhan malah ke aku.

    Aku langsung pilih cerai. Toh ga ada anak. Ngapain bertahan. Aku maafin kok. Tapi aku ga akan bisa lupa dengan orang yg udah nyakitin. . Dan susah utk bisa percaya lagi kan. Kepercayaan udh ancur kayak debu dia bikin. Jadi aku pikir, kenapa hrs pertahanan pernikahan kalo rasa percaya aja udh ga ada. Nikah kan butuh percaya.

    Jadi prinsipku, maafkan kesalahan orang udh pasti, tapi itu jadi pelajaran utk ga berhubungan lagi dengan dia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah mba Fanny turut simpati ya. Puk puk peluk dari Bogor. Makasi ya udah cerita. Memaafkan dan ikhlas menerima keadaan membuat kita bisa move on melanjutkan hidup dengan kelapangan hati. Alhamdulillah sudah menemukan kebahagiaan sekarang ini ya, moga berlangsung selamanya yaa aamiin.

      Delete

Mohon meninggalkan berkomentar yang sopan.
Komentar dengan link hidup akan saya hapus.

Terima kasih ^_^

Back to Top