Ibu
Arti, begitu tetangga biasa memanggil beliau. Sebuah nama yang singkat tertera
di KTP wanita kelahiran 2 Februari 1923. Kami sekeluarga biasa memanggil beliau
Embah. Kerasnya hidup yang dijalani terlihat dari guratan wajahnya yang
dipenuhi keriput. Dulu, Embah sempat tinggal serumah bersama keluarga kami.
Saya lupa berapa lama Embah tinggal karena saat itu saya masih kecil.