Thursday, January 25, 2018

Sembuh dari TBC? Tentu Bisa!



TBC menjadi penyakit mematikan di Indonesia. Gejalanya kerap dianggap remeh sehingga pengobatan diabaikan dan tahu-tahu kondisinya sudah parah. TBC atau TB adalah sebutan untuk tuberkulosis. Penyakit ini menyerang pada paru-paru. Namun bisa menyerang anggota tubuh lain seperti tulang belakang, ginjal, atau otak. 

Penyakit TBC disebabkan oleh infeksi bakteri mikobakterium tuberkulosis. Penularannya adalah melalui percikan dahak dari batuk penderita yang menyebar lewat udara. Saat terhirup, tubuh yang terinfeksi tidak langsung sakit. Ini tergantung dari ketahanan tubuh masing-masing. Oleh karena itu, siapa saja yang berdekatan dengan orang yang punya penyakit TBC akan beresiko tinggi untuk tertular. Misalnya keluarga dekat, rekan sekantor, atau teman di sekolah.

Resiko terkena TBC bisa dikurangi dengan vaksinasi BCG. Jika sudah divaksin dan tiba-tiba terkena TBC, maka penyakit yang diderita tidak akan terlalu parah dibandingkan dengan orang yang tidak divaksin BCG. 

Suntikan vaksin (foto: pixabay)

Waspadalah jika anda mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh, batuk berdarah, berat badan menurun, dan berkeringat pada malam hari. Segera periksa ke dokter untuk mengetahui apakah anda terjangkit TBC atau tidak melalui pemeriksaan laboratorium dan rontgent.


Teringat saat saya masih duduk di bangku SD. Kalau tidak salah ketika duduk di kelas 5. Saya sakit batuk berkepanjangan. Setelah diperiksa, ternyata saya terkena gejala TBC. Baru gejala, alhamdulillah. Saya pun pulih dengan cepat. 

Pengobatan untuk pasien TBC adalah dengan antibiotik. Ada tahapan atau fase pengobatan yang harus dijalani. Pada fase 1 atau kasus baru, pengobatan dilakukan minimal 6 bulan meliputi 2 bulan intensif minum obat setiap hari, dan 4 bulan minum obat 3 kali seminggu. Selama 6 bulan itu, nggak boleh putus minum obat kalau mau sembuh! Karena obat antibiotik selama 6 bulan itu efektif untuk membunuh bakteri TB. Jika pasien berhenti minum obat sebelum 6 bulan, bakteri tidak hilang sepenuhnya meskipun pasien merasa tubuhnya sudah lebih sehat.

TBC yang menyerang paru-paru (foto: shutterstock)

Jika setelah 6 bulan dan dicek darah masih ada indikasi bakteri TB, pengobatan dilanjutkan menjadi 9 bulan. Rutin minum obat ini yang bikin pegel! Bayangkan jika anak-anak yang disuruh rutin minum obat seperti itu. 

Saya mengalaminya sendiri ketika Aa Dilshad dan Kk Rasysad diduga terkena TBC waktu masih balita. Keduanya harus dicekoki obat puyer yang setiap hari. Nangis sudah pasti.  Bahkan Kk Rasyad sampai menjalani pengobatan selama 9 bulan! Alhamdulillah, perjuangan membuahkan hasil. Setelah rutin minum obat dan dicek darah, keduanya dinyatakan sehat dan bebas dari bakteri TB.

Sedih jika anak sakit (foto: pixabay)

Saya mau cerita kisah penderita TBC yang pantang menyerah. Yaitu mantan asisten rumah tangga saya, namanya Sumiyati dan lebih akrab dipanggil Ucum. Sebelumnya, adik Ucum yang bernama Titin, bekerja di rumah saya. Suatu hari, Ucum datang dan bilang kalau dia berbagi pekerjaan dengan Titin untuk biaya sekolahnya. Bertahun kemudian, Ucum tidak bekerja paruh waktu di rumah saya karena bekerja di rumah tetangga. 

Tahun berganti, saya tidak mendengar kabarnya karena pergi merantau. Lalu, saya dapat kabar bahwa Ucum kena TBC. Sekolahnya di SMK sempat terganggu karena Ucum sakit. Dari mana Ucum bisa kena penyakit TBC? Ternyata, almarhum ayahnya dulu meninggal karena TBC. Ucum berusia 2 tahun saat ayahnya tiada. Selama hidup bersama itulah, Ucum kecil sudah tertular TBC dan penyakit itu baru kelihatan parah saat Ucum beranjak remaja. Beruntung, sang majikan tempat Ucum bekerja membiayai pengobatannya sampai dia benar-benar sembuh dan kegiatan sekolahnya tidak terganggu.

Hubungan saya dengan Ucum pun berlanjut saat saya kembali dari rantau. Menetap di Bogor, saya dan suami membuka toko obat. Satu-satunya yang terlintas di kepala saya untuk menjadi karyawan toko adalah Ucum. Kebetulan saat itu Ucum tengah menganggur dan sedang mencari kerja setelah lulus SMK. Ucum resmi jadi bekerja di toko obat kami. 

Belum dua bulan toko obat berjalan, Ucum minta berhenti kerja. Dia diterima menjadi karyawan di sebuah minimarket. Selanjutnya, Titin yang menggantikan Ucum menjaga toko obat sampai toko tersebut berakhir masa beroperasinya (baca: 5 Faktor Penyebab Toko Obat Trisad Harus Ditutup).

Ucum (kanan) dan rekan kerjanya

Saat Ucum mendapatkan jodoh di tempat kerja, saya turut hadir di acara pernikahannya. Sekarang, Ucum baru saja dikaruniai seorang bayi cantik. Kebahagiaanya pasti kian sempurna. Selamat ya!

Happy ending bukan? Saya mah emang demen cerita yang berakhir bahagia, hehe. Jadi, terkena penyakit TBC bukan akhir dari segalanya. Pengobatan yang tepat dan telaten harus terus dilakukan. Jangan lupa banyak berdoa untuk kesembuhan kepada Yang Maha Kuasa. 

Supaya daya tahan tubuh kuat dan tidak terpapar bakteri TB, lakukan pola hidup sehat dangan makan makanan bergizi, olah raga teratur, dan cukup istirahat. Buat lingkungan rumah yang nyaman dengan ventilasi udara yang baik dan sinar matahari cukup yang bisa membuat bakteri TB mati. Yuk, kita mulai hidup sehat ^_^

Postingan ini adalah tanggapan untuk #KEBloggingCollab Kelompok Mira Lesmana untuk tulisan dari  Nia Hesti Aprilya  yang berjudul TBC: Si Diam-diam Menghanyutkan.



Sumber referensi: alodokter.com

8 comments :

  1. Betul banget nih, sekarang pengobatan TB sudah maju, asalkan rutin berobat pasti sembuh :)

    ReplyDelete
  2. Ikut seneng kalau lihat Mbak Ucum sudah sembuh ya ^^

    ReplyDelete
  3. Yang penting tlaten ya mba..

    Tetanggaku ada. Dulu kena tbc..badannya mpe kurus... Alhamdulillah sembuh. Sekarang malah terus subur-makmur gitu badannya

    ReplyDelete
  4. Harus benar-benr disiplin ya, mbak minum obatnya kalau mau benar-benar sembuh

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah happy ending semua, sudah was-was aja saya

    ReplyDelete
  6. TBC bukan akhir segalanya ya Mbak, mesti gigih ikhtiarnya. :)

    ReplyDelete
  7. 6 bulan yah konsumsi obat dan rutin cek up tapi demi kesehatan gak ada salahnya

    ReplyDelete
  8. Seneng baca kisah Ucumnya. Hehe perlu diwaspadai emang TB ini ya. Bisa dgn cara menjaga asupan gizi seimbang, dan kebersihan rumah.

    ReplyDelete

Mohon meninggalkan berkomentar yang sopan.
Komentar dengan link hidup akan saya hapus.

Terima kasih ^_^

Back to Top