Monday, March 25, 2024

Sebuah Renungan untuk Diri di Bulan Ramadan 1445 H


Sebuah renungan untuk diri di bulan ramadan 1445

Tidak menyangka akan mengalami seperti momen ramadan sesepi ini. Tidak ada anak-anak di rumah merupakan suatu pengalaman yang baru. Yah hitung-hitung latihan pensiun. Hiks, agak sedih juga.

Meski hati kebat-kebit karena galau kehilangan kerriweuhan ramadan bersama anak-anak, ada hikmahnya juga lho. Dengan tidak riweuh lagi, saya bisa punya banyaaak waktu untuk introspeksi diri. Punya baanyak waktu untuk mengerjakan banyak hal termasuk lebih khusu beribadah.

Menulis Surat Cinta untuk Diri Sendiri

Kali ini saya ingin menulis surat cinta untuk diri sendiri. Berbicara langsung pada diri sendiri yang telah berhasil menyelesaikan bulan suci Ramadan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan (karena ditinggal oleh anak-anak).

Ehem ehem... yuk ah kita mulai...

Dear me,

Saat menulis surat ini, ada rasa bahagia memenuhi ruang hati. Betapa luar biasanya perjalanan yang baru saja kita lewati! Betapa indahnya bulan ramadan tahun ini yang memberi warna berbeda dan dinaungi keberkahan.

Ramadan tahun 2024 atau 1445 H ini berbeda dari tahun sebelumnya. Bahkan pengalaman pertama ramadan seperti ini, selama menikah dan punya anak. Ramadan kali ini sepi tanpa kehadiran anak-anak yang merantau ke kota lain.

Awalnya merasa galau dan sedih. Namun alhamdulillah ya di hari ke 14 ramadan ini sudah mulai terbiasa. Tadinya hampa banget karena nggak ada si bungsu yang kerap diomeli karena susah bangun sahur. Nggak ada rengekan minta uang jajan buat beli takjil dan cemilan pas taraweh. Nggak ada lagi yang mondar-mandir gabut karena hp low bat dan nggak tahu mau ngapain hihihi.

Pengen ngucapin terima kasih dan memberikan penghargaan pada diri ini... karena telah melewati setiap hari-hari sepi dengan tabah dan ikhlas. Apalagi inget waktu kepulangan anak-anak sudah semakin dekat. Masih bisa doong menjalani puasa ramadan bersama mereka. 

Pengen ngucapin selamat kepada diri ini atas pencapaian luar biasa. Sebelumnya mana bisa ibadah dengan khusu karena riweuh urusin makanan di dapur. Tapi sekarang, saya berhasil menggunakan waktu dengan banyak tilawah dan ibadah. Setiap hari, rasanya diri ini menjadi semakin dekat pada-Mu Ya Allah.

Bersyukur atas nikmat damainya kekhusukan ibadah. Tidak lupa mengirim doa terbaik untuk 3 boyz yang sedang berjuang menuntut ilmu di kota lain. Si sulung Aa Dilshad kuliah di Cirebon. Si tengah Kk Rasyad di SMA pesanten Subang pinggiran. Dan si bungsu Dd Irsyad di SMP pesantren di tengah kota Subang. Semoga dilancarkan jalannya menuntut ilmu yang berkah, tercapai cita-citanya, dijaga kesehatannya, dipermudah segala urusannya dan menjalani hidup bahagia sebagai anak laki-laki kebanggaan keluarga, aamiin.

Pengen memberi penghargaan untuk diri sendiri karena berhasil mengatur menu di bulan ramadan ini. Biasanya riweuh karena banyak yang dimasak. Sekarang justru karena cuma berdua suami, malah lebih mudah dan selalu masak untuk sahur dan buka puasa. Bisa hemat dompet nih hehe.

Penghargaan terakhir adalah berhasil menyelesaikan challenge one day one post #KEBerbagiCeritaRamadan. Tadinya nggak kepengen ikutan karena takut nggak bisa memenuhi kewajiban posting blog setiap hari. Setelah tahu waktunya cuma 7 hari, langsung deh GAS! Kenapa bisa nggak pede ikutan... padahal dulu challenge 30 hari posting setiap hari aja sanggup. Engg... faktor U kayaknya nih haha.

Cerita sedikit tentang #KEBerbagiCeritaRamadan. Bukannya waktu luang ada banyak? Masa nggak bisa posting. Eng anu.. bawaan fisik emang nggak bisa bohong. Badan yang sekarang overweight ini bikin cepat lelah. 

Sering pusing selama puasa. Jadi gimana mau mikir dengan tenang untuk bikin postingan blog? Baru bisa mikir setelah buka puasa. Jadi deh habis taraweh langsung gas gitu. Etapi hari ini karena temanya surat cinta, jadi bisa ngetiknya jelang jam buka puasa. Yeay alhamdulillah kelar juga. Akhirnya berasa jadi blogger lagi setelah blog ini lumutan wkwkkw.

Balik lagi ke surat cinta. 

Terima kasih paling besar kepada Allah SWT karena sudah memberikan nikmat kesehatan. Cukup 2 hari pertama puasa aja sakit kepalanya. Selanjutnya alhamdulillah bisa teratasi berkat mengubah pola makan sahur (yaitu nggak makan nasi). Semoga ke depannya pola hidup sehat yang terbentuk usai puasa ini bisa terus berlanjut. 

Di bulan Ramadan ini, aku belajar bahwa cinta dan penghargaan tidak selalu harus datang dari orang lain. Terkadang, kita juga perlu memberikan cinta dan penghargaan pada diri sendiri. Hari ini, aku ingin mengingatkan diriku sendiri bahwa aku layak untuk mendapatkan cinta dan apresiasi, bahkan dari diriku sendiri.

Salam sayang, 

Dari diriku yang penuh cinta (uhuk)

No comments :

Post a Comment

Mohon meninggalkan berkomentar yang sopan.
Komentar dengan link hidup akan saya hapus.

Terima kasih ^_^

Back to Top