Wednesday, May 25, 2022

Kapok Bikin Review Kafe Viral di Instagram

 

Suka nongkrong di kafe atau resto kekinian? Pasti pernah atau mungkin  sering. Saat di tempat makan tersebut, kalau ada yang menarik, suka diposting di sosial media juga nggak?

Pas nemuin tempat yang makanan dan minumannya enak, atau suasananya yang nyaman bahkan instagramable. Rasanya sayang kalau nggak dibagi alias dishare di media sosial, supaya orang lain tahu ada tempat makan yang oke seperti ini.

Atau kebetulan lagi menikmati quality time bareng keluarga dan orang terdekat. Momen manis di tempat makan itu juga kepengen dibagikan di sosial media. Ya nggak?

Sebenarnya nggak ada aturan atau larangan untuk posting tempat makan yang lagi dikunjungi. Kalau kebetulan enak, ya bilang enak supaya orang lain tertarik mencoba. Atau bahkan bisa juga sebaliknya lho. Makanan or ada sesuatu yang bikin kita nggak puas, lalu dibagikan ke sosial media supaya orang lain jangan datang ke tempat itu. 

Saya sendiri sesekali membagikan kebersamaan bareng keluarga atau teman dekat saat hangout di kafe atau resto. Kalau tempatnya cakep, rasanya gatel pengen posting. Hayo, ngaku kalau kamu juga begitu.

Review dibayar atau gratisan?

Sebagai blogger, tentu saja saya sudah beberapa kali menulis review tempat makan dan menerima bayaran. Biasanya kami diundang saat grand opening kafe atau resto tersebut. Dijamu dengan baik dan mencicipi hidangan andalan mereka untuk direview.

Namun ada juga beberapa tempat makan yang saya review dengan sukarela alias nggak dibayar dan bukan undangan juga. Saya datang sebagai pelanggan biasa, makan, bayar. Pulangnya saya bikin review karena suka dengan hidangan dan pelayanannya. 

Reaksi Kafe dan Resto yang Direview Gratisan

Ada yang saya tulis panjang di blog dan meminta ijin ownernya untuk diwawancara. Setelah tayang, beliau pun mengucapkan terima kasih. Ketika datang lagi, beliau masih ingat pada saya. Itu saja sudah cukup bikin saya senang, lho.

Dikomen langsung oleh akun kafe atau resto YBS. Saat posting di media sosial dan mention akun tempat makannya, pasti mereka baca dong. Ada yang otomatis bilang "Terima kasih untuk kunjungannya. Ditunggu kedatangan berikutnya..." seperti itu. Ada yang langsung follow akun saya. Ada yang repost postingan saya. Atau ada juga yang kasih love doang. Minimal ada balesan lah.

Biasanya sih saya nggak mempermasalahkan mereka mau balas atau nggak. Toh saya juga nggak follow akun mereka. Kalau mereka follow duluan, saya merasa senang dan dihargai.

Sampai pada suatu hari, saya merasa sedih postingan saya tidak ditanggapi sesuai harapan. Membuat saya KAPOK untuk bikin review tempat makan lagi.

Ceritanya begini...

Review Kafe Viral Dekat Rumah

Suami saya menemukannya plang kafe baru saat mengantar si bungsu berenang di akhir pekan. Setelah search di Instagram, ternyata kafe tersebut baru dibuka pada pertengahan bulan puasa. Dilihat lagi, wah lucuk dan instagramable banget ya. 

Kafe itu nggak bikin seremonial grand opening. Mungkin karena bulan puasa dan masih pandemi juga. Cukup mengundang akun-akun Instagram ngetop di Bogor untuk promosi. Berhubung viral, kita sebut saja Kafe Viral ya.

Saya pun menjadwalkan datang ke Kafe Viral setelah Lebaran, berdua dengan bestie tetangga komplek. Cuss kami meluncur pukul 10.30 dan ternyata sudah ada yang datang lebih dulu. 

Tempatnya oke dan instagramable banget. Nggak heran banyak yang langsung popotoan begitu sampai. Termasuk saya. Bahkan saya bawa kamera segala. Biar motret makanannya lebih cakep. 

Saya menyempatkan bikin video. Untuk nanti dijadikan postingan review berupa Reel Instagram. Buat saya yang amatiran, butuh waktu berjam-jam untuk mengasilkan video Reel review Kafe Viral. Edit foto, nyambungin video, masukin teks, dan bikin caption.

Video Reel yang saya buat: sambungan dari beberapa video suasana outdoor kafe. Saya tidak sempat take bagian indoor karena banyak pengunjung. Video dan foto makanan yang kami pesan. Video dan foto kebersamaan saya bersama bestie yang menikmati quality time. 

Isi caption tentang emak-emak yang butuh me time, seneng banget bisa ke kafe asyik dekat rumah. Lalu ajakan untuk mampir juga ke Kafe Viral.

Keesokan harinya, saya posting dong itu video Reel di Instagram. Saya mention juga akun Kafe Viral. Namanya itu kafe lagi viral, dalam dua hari viewnya mencapai 2 ribu-an. Lumayan kan. 

Reaksi dari Kafe Viral Terhadap Postingan Pengunjung

Setelah posting, dalam hari yang sama, Kafe Viral memberi love. Saya pikir sih nggak apa-apa juga. Toh tempat makan lain juga biasanya minimal kasih love doang, nggak komen apa-apa.

Saya merasa tidak baik-baik saja karena postingan saya tidak direpost di story Instagram Kafe Viral seperti pengunjung yang lain. Satu hari, dua hari, lima hari... saya tunggu postingan saya direpost. 

Masih berpikiran positif, alasan mereka belum repost, yaitu postingan saya ada di antrian untuk direpost karena banyaknya pengunjung yang posting.

Namun saya sadar bukan itu alasannya. Terbukti dengan postingan akun hits Bogor yang datang bareng saya, direpost oleh Kafe Viral. Emang sih kalau akun hits kan dibayar, wajar kalau direpost di feed sekalian.

Postingan saya ditaruh di feed dan masuk story juga. Postingan pengunjung lain ada yang cuma story doang. Postingan saya tidak direpost di story Kafe Viral. Padalah story pengunjung lain direpost.

Apa salah saya?

Saya mulai baper, mempertanyakan kenapa Kafe Viral nggak repost postingan saya di story mereka seperti pengunjung yang lain. Yang direpost itu: foto gegayaan di kafe, foto hangout teman dan keluarga, foto makanan.

Akhirnya saya jadi overthinking seperti ini:
  • Saya kurang cantik. Emang sih saya dan bestie penampilannya biasa banget. Bukan emak yang dandan heboh. Datang juga pake motor.
  • Caption nggak masuk target market mereka. Kayaknya nggak mungkin juga sih. Caption saya mengajak para emak rumah tangga untuk me time di Kafe Viral dekat rumah lho.
  • Mereka nggak suka video saya. Entah apanya. Mungkin musiknya atau mungkin nggak semua bagian kafe disyut. Atau emang nggak suka sama saya.
Tapi setelah saya stalking akun-akun yang direpost Kafe Viral: followersnya dikit bahkan diprivat, foto nggak bagus-bagus amat, video apalagi nggak ada yang sekeren punya saya (boleh dong muji diri sendiri).

Jadi... salah saya apa coba? Suami menyuruh saya untuk menghapus  postingan itu. Tapi saya merasa sayang karena view-nya lumayan (kan viral). Sekalian nunggu 1 minggu untuk lihat apakah direpost atau nggak, baru saya delete.

Hey, kenapa sih ngotot banget HARUS direpost oleh Kafe Viral? Karena saya merasa TIDAK ADIL! Followers dikit, foto burem, video jelek aja direpost... kok punya saya enggak?!

Saya nggak bakalan emosi seandainya dari awal Kafe Viral punya aturan nggak ngerepost sama sekali postingan pengunjung. Jadi adil kalo postingan saya nggak direpost. 

Endingnya

Jujurly postingan saya mendapat respon bagus di status Whatsapp dan dapat pesan masuk menanyakan lokasi. Teman-teman blogger yang melihat postingan reel saya juga tertarik untuk menjajal Kafe Viral. 

Awalnya, saya beri komentar positif tentang kelebihan kafe tersebut. Namanya tempat usaha yang baru buka, ada saja kekurangannya. Itu tidak saya sebutkan. Beberapa orang pun sukses datang ke Kafe Viral karena postingan saya.

Beberapa hari kemudian, ketika saya masih kesal belum direpost juga, saya mulai terbuka. Kekurangan kafe saya beri tahu pada teman-teman yang bertanya. Lebih banyak orang sukses nggak jadi datang ke Kafe Viral karena review jujur dari saya (yang tadinya disembunyikan).

Well, itulah pentingnya jangan buat pelanggan sakit hati. Bisa saja saya ngejelek-jelekin Kafe Viral biar sepi dan nggak laku. Tapi itu tidak saya lakukan. Biarlah pengunjung membuktikan sendiri seperti apa kekurangannya.

Akhirnya... setelah gatal sendiri karena penasaran, saya tembak via DM, tanya langsung ke mimin akun Kafe Viral. Nanyain kenapa postingan saya nggak direpost di story seperti pengunjung lainnya.

Balasannya lumayan cepat. Yaitu berupa link repost dari mereka, dengan jawaban singkat: Sudah Kak. Itu saja. Tidak ada ucapan maaf atau terima kasih. Misalnya: maaf terlewat. Atau: terima kasih untuk videonya

Justru saya yang mengucapkan: Thx, postinganya nggak jadi saya delete.

Cukup sudah. Kejadian ini membuat saya kapok!

Kapok Bikin Review Kafe dan Resto di Instagram Tanpa Dibayar

Yap. Saya kapok bikin review kafe dan resto di Instagram tanpa dibayar. Catat, tanpa dibayar lho. Kalau ada job review tempat makan berbayar mah pasti saya kerjakan dengan penuh semangat. 

Nggak mau kejadian lagi konten yang saya buat tidak dihargai. Emang sih cuma bikin video doang. Buat saya bikin konten foto atau video itu butuh usaha. Mulai dari motret atau ngesyut. Lalu ngeditnya makan waktu juga. Menyita waktu saya sebagai emak rumahan.

Sebenarnya yang bikin saya kesal CUMA gara-gara nggak direpost doang kayak pengunjung yang lain. Kalau akun kafe atau resto itu nggak bikin repost tiap postingan pengunjung, saya nggak masalah. 

Tapi ini kan semuanya direpost kecuali punya saya. Itu yang nggak adil. Apalagi postingan saya dibilang temen-temen videonya bagus (mungkin buat konten kreator lain biasa aja). 

Oia, sebelumnya saya pernah bikin reel review kafe ala Korea. Balasannya bukan cuma love doang. Dikasih komentar yang bikin saya senang: 
"Terima kasih atas kunjungannya, Kak. Sampai berjumpa lagi di lain waktu. Sehat selalu ya Kak!"

Bahagia dibalas begitu. Ada semangat untuk datang lagi.

Jadi menurut saya, sebaiknya kafe atau resto yang dipromosikan secara gratis oleh pengunjungnya itu HARUS berterima kasih dengan cara minimal kasih love, beri komentar terima kasih, atau follow duluan kalau nggak gengsian. 

Andaikata tempat makan itu mau repost postingan pengunjung di story, ya kudu adil. Semuanya direpost tanpa kecuali. Mana tahu postingan yang kelewat direpost bikin pelanggan sakit hati, lalu menebar komentar jelek (karena kesal postingannya tidak dihargai). 

Daripada kelewat repost, lebih aman nggak usah repost postingan pelanggan di story. Jadi nggak ada yang baper kayak saya karena dilewatkan.

Kalau menurut kamu gimana? Punya pengalaman ngereview tempat makan di Instagram secara gratisan? Gimana reaksi akun kafe atau resto tersebut? Share dong di kolom komentar. 
 

3 comments :

  1. Ya begitulah kadang sosial media, alhamdulillah kalau saya mungkin sudah malas menjawab kalau tentang kafe itu mengingat sikapnya begitu. Gpp, semangat review kafe yang lain yang lebih baik, mungkin kali ini yang kurang tepat aja. Terima kasih sharingnya!

    ReplyDelete

  2. So far kalo review gratisan tempat makan; responnya baik. Minimal dijadiin IG story dan dimention balik oleh miminnya ^_^. Mungkin mimin Kafe Viral lagi siwer hehehe

    ReplyDelete
  3. Hmmmm, aku sering bikin review kuliner dan semuanya ga ada yg berbayar mba, Krn memang aku ga monetisasi blog dan medsos ku 🤭😄.

    Kebanyakan tiap aku bikin story atau feed atau tulisan di blog pun, aku ga mau nge-tag kafe, resto atau tempat nya, Krn ga mau dipikir itu berbayar. Jdi ga pernah aku mention, kecualiiii aku suka byangetttt Ama kafenya. Palingan aku cuma tag lokasi. Biar temrn2 tahu, tapi masalah mention, ga akan. Aku jg ga berharap mereka bakal nemuin stories atau feed ku, krn tujuanku utk share ke temrn2, ini loh td aku makan enak di sini, atau kalo rasanya B aja, setidaknya mereka tahu itu dari POV ku 😁.

    Jadi memang kalo si kafe ga nge love, ga repost, buatku wajar Krn toh aku ga mention 🤭. Biarin aja followers yg coba langsung ke sana, apa selera mereka sama kayak aku atau ga. ☺️

    Tapi aku pernah ttp dpt love dari kafe yg aku review, Krn mereka bisa nemuin tulisanku dari tag lokasi tadi. Dan ngucapin makasih. Seneng memang, tapi ya bukan sesuatu yg aku harepin 😁.

    Ke depannya aku masih pakai cara begini aja, ga akan mention kecuali tag lokasi. Buatku fair, toh aku ga dibayar dan ga akan mau dibayar, Krn takut ga bisa fair nulis review. 😄

    ReplyDelete

Mohon meninggalkan berkomentar yang sopan.
Komentar dengan link hidup akan saya hapus.

Terima kasih ^_^

Back to Top