Siapa yang tidak ingin bahagia? Semua pasti mau. Termasuk para ibu rumah tangga. Entah itu ibu pekerja kantoran atau ibu yang full time ada di rumah. Kenapa ibu rumah tanggga harus bahagia? Pekerjaan ibu rumah tangga itu nggak ada habisnya, lho. Never ending riweuh menurut saya, hehe. Dari bangun tidur pagi sampai mau tidur malam, adaa aja kerjaan rumah yang harus diselesaikan. Jadi, ibu rumah tangga harus bahagia biar nggak stress dan bisa terus melanjutkan tugasnya dengan sempurna.
Ibu yang bekerja kantoran, bekerja di rumah, atau tidak bekerja punya kerepotan masing-masing. Oia, saya nggak bilang ibu di rumah itu sebagai ibu yang tidak bekerja, lho. Karena meski tidak pergi ke kantor, para ibu rumahan jaman sekarang bisa ikut mencari uang dengan bekerja dari rumah (berjualan atau menjadi freelancer). Pilihan bekerja atau tidak kemudian disesuaikan jadwalnya. Jadi, urusan rumah tangga (mengasuh anak, memasak, bebenah, dll) dan kerjaan kantor (atau dagangan) bisa lancar.
Repotnya mengurus anak sambil cari duit pernah saya alami. Dulu, saya sempat membuka usaha toko obat dan berjualan aksesoris handmade. Sekarang, saya cukup mager di rumah saja dan sesekali dibayar untuk postingan blog atau media sosial. Jujur, kesibukan saya kini jauh berkurang sejak toko obat resmi ditutup. Alhamdulillah, sekarang jadi lebih bisa fokus pada 3 boyz yang sudah beranjak besar.
Waktu 3 boyz masih piyik, energi saya banyak terkuras untuk mengurus mereka. Berasa jungkir balik dan waktu sehari 24 jam itu nggak cukup, haha. Beruntung saya punya suami yang sigap membantu. Mengurus tiga anak kecil tanpa pembantu di tanah rantau bisa kami lalui dengan tanpa beban.
Terus, 3 boyz sekarang sudah pada gede. Nggak riweuh lagi dong, Mak? Eits, tunggu dulu! Tadinya saya kirain begitu. Ternyata salah, saudara-saudara... saya teuteup riweuh! Bukan riweuh nguber-nguber boyz lagi. Tapi riweuh masak di dapur dan riweuh menyangkut urusan sekolah 3 boyz. Di dapur, setiap hari sekolah, saya sibuk memasak bekal makan siang 3 boyz. Sedangkan untuk urusan sekolah, saya ikutan sok sibuk seperti hadir di pertemuan orang tua atau membeli keperluan ini-itu untuk tugas sekolah.
Meski riweuhnya pindah tempat, saya merasa Allah sangat adil. Di usia yang sudah menginjak kepala empat ini, saya nggak punya energi buat lari gedebukan. Jadi yaa cukup lah energi saya sekarang dipake buat pakpikpek yang lain, hihihi.
Gimana rasanya mengurus rumah tangga? Capek? Pasti dong! Yuk, kita pijet bareng, haha! Itu kalau sempat dipijet. Buat yang masih punya anak bayi, mau rehat sejenak musti nyolong waktu dulu jika tidak ada yang diminta untuk menjaga bayi. But, believe me moms, semua keriweuhan saat mengurus si kecil bakal jadi kenangan indah yang tidak terlupakan. Momen tersebut tidak bisa diulang kembali. Dijamin bakal kangen deh masa-masa punya bayi. Saya juga kangen, hehehe.
Sebagai emak riweuh, kita para ibu rumah tangga harus bahagia! Happy moms raise happy kids, katanya. Kalau emaknya sering stress, anak bisa terkena imbasnya. Nah, yang terakhir ini bener banget. Saya sendiri termasuk 'korban perasaan orangtua yang tidak semestinya disampaikan kepada anak'. Jadi, kalau merasa stress, usahakan jangan sampai disalurkan pada anak-anak, ya! Itu bahaya... bahaya banget untuk perkembangan mental mereka.
Gimana caranya agar ibu rumah tangga tetap bahagia? Menurut saya pribadi, kunci kebahagiaan ibu rumah tangga ada 2, yaitu berpikir positif dan hati yang hangat.
Berpikir Positif
Menurut saya, berpikir positif adalah reaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri atau pada orang-orang di sekitar kita. Sebagai contoh: saat berhadapan dengan sebuah kenyataan hidup yang kurang menyenangkan, bagaimana reaksi kita? Awalnya tentu sedih dan kecewa. Namun, kita tidak boleh terus larut dalam permasalahan. Cobalah berpikir positif, bahwa ini adalah takdir dari Yang Maha Kuasa. Pasti ada rencana indah dibalik kejadian ini.
Begitu pula cara menyikapi setiap permasalahan yang saya hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Juga, cara saya menanggapi berbagai kejadian yang ada di sekitar kita. Pernah, saya punya pikiran negatif terhadap sesuatu hal. Selanjutnya, bawaan jadi cemas karena takut hal tersebut akan terjadi. Buntutnya, malah kejadian beneran deh!
Mau coba contoh yang lain? Coba lihat gambar berikut. Apa yang terlintas di pikiran Moms? Gelas setengah kosong? Atau gelas setengah penuh?
Jika gelas setengah penuh adalah jawabannya, maka Moms punya pikiran yang positif. Kebalikannya, pikiran negatif mendominasi jika gelas setengah kosong jawabannya. Efeknya apa? Jika kita berpikiran positif atau husnudzon (berprasangka baik), kita akan menjadi manusia yang bersyukur bahwa dalam hidup 'isi gelas' kita sudah setengah penuh. Selanjutnya sikap kita juga menjadi positif karena menjalani hidup dengan bahagia akibat penuh dengan rasa syukur.
Andaikan pikiran negatif yang mendominasi, kita menjadi orang yang tidak bersyukur. Akibatnya, ada tuntutan harus begini dan begitu yang membuat stress sendiri. Belum lagi perasaan was-was karena curiga bakal ada hal-hal buruk yang menimpa karena merasa 'sial' dengan takdir 'gelas setengah kosong' ini.
Betapa nggak enaknya punya pikiran negatif! Efeknya bisa merembet ke mana-mana. Selain bikin stress pikiran, kita juga jadi mudah curiga pada orang lain. Suudzon alias berburuk sangka menjadi stempel yang sulit dihapus jika kita selalu berpikiran negatif.
Dengan berpikiran positif, bahagia akan selalu menyertai. Percayalah, saya mengalaminya sendiri.
Begitu pula cara menyikapi setiap permasalahan yang saya hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Juga, cara saya menanggapi berbagai kejadian yang ada di sekitar kita. Pernah, saya punya pikiran negatif terhadap sesuatu hal. Selanjutnya, bawaan jadi cemas karena takut hal tersebut akan terjadi. Buntutnya, malah kejadian beneran deh!
Mau coba contoh yang lain? Coba lihat gambar berikut. Apa yang terlintas di pikiran Moms? Gelas setengah kosong? Atau gelas setengah penuh?
Gelas setengah penuh atau gelas setengah kosong? |
Jika gelas setengah penuh adalah jawabannya, maka Moms punya pikiran yang positif. Kebalikannya, pikiran negatif mendominasi jika gelas setengah kosong jawabannya. Efeknya apa? Jika kita berpikiran positif atau husnudzon (berprasangka baik), kita akan menjadi manusia yang bersyukur bahwa dalam hidup 'isi gelas' kita sudah setengah penuh. Selanjutnya sikap kita juga menjadi positif karena menjalani hidup dengan bahagia akibat penuh dengan rasa syukur.
Andaikan pikiran negatif yang mendominasi, kita menjadi orang yang tidak bersyukur. Akibatnya, ada tuntutan harus begini dan begitu yang membuat stress sendiri. Belum lagi perasaan was-was karena curiga bakal ada hal-hal buruk yang menimpa karena merasa 'sial' dengan takdir 'gelas setengah kosong' ini.
Betapa nggak enaknya punya pikiran negatif! Efeknya bisa merembet ke mana-mana. Selain bikin stress pikiran, kita juga jadi mudah curiga pada orang lain. Suudzon alias berburuk sangka menjadi stempel yang sulit dihapus jika kita selalu berpikiran negatif.
Dengan berpikiran positif, bahagia akan selalu menyertai. Percayalah, saya mengalaminya sendiri.
Hati yang Hangat
Hati yang hangat adalah salah satu sifat almarhum Mamah mertua saya. Dari beliau saya banyak belajar bagaimana menjadi pribadi yang hangat dan bisa dicintai bukan saja oleh keluarganya sendiri melainkan juga oleh orang-orang di sekitarnya.
Sifat ini membuat siapa saja merasa nyaman berada di dekat Mamah. Beliau begitu penuh cinta, ramah, dan selalu sigap membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Mamah melakukannya tanpa pamrih. Senyum dan celoteh riangnya selalu membuat suasana menjadi ceria. Ah, i miss her so much...
Saya sebelumnya adalah pribadi yang kaku. Boro-boro peduli sama orang lain, mau negur orang lain saja kagok karena saya pemalu (sehingga sering dibilang sombong). Lewat Mamah, saya belajar berempati pada orang lain. Belajar ramah dan berani menyapa terlebih dahulu. Saya akhirnya bisa berteman dengan tetangga berkat jurus hati yang hangat ini.
Mulailah berhati hangat pada orang-orang terdekat kita. Pada suami tercinta dan anak-anak kita. Perlakukan mereka dengan penuh cinta dan kehangatan. Maka pikiran akan selalu diliputi oleh rasa bahagia.
Be positive and warm hearted! Nah, itu adalah dua hal yang jadi kunci kebahagiaan ibu rumah tangga menurut saya. Boleh simak pendapat Ernawati Lilys tentang ibu rumah tangga bahagia di postingan Ibu Rumahtangga Yang Bahagia.
Sifat ini membuat siapa saja merasa nyaman berada di dekat Mamah. Beliau begitu penuh cinta, ramah, dan selalu sigap membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Mamah melakukannya tanpa pamrih. Senyum dan celoteh riangnya selalu membuat suasana menjadi ceria. Ah, i miss her so much...
Saya sebelumnya adalah pribadi yang kaku. Boro-boro peduli sama orang lain, mau negur orang lain saja kagok karena saya pemalu (sehingga sering dibilang sombong). Lewat Mamah, saya belajar berempati pada orang lain. Belajar ramah dan berani menyapa terlebih dahulu. Saya akhirnya bisa berteman dengan tetangga berkat jurus hati yang hangat ini.
Mulailah berhati hangat pada orang-orang terdekat kita. Pada suami tercinta dan anak-anak kita. Perlakukan mereka dengan penuh cinta dan kehangatan. Maka pikiran akan selalu diliputi oleh rasa bahagia.
Be positive and warm hearted! Nah, itu adalah dua hal yang jadi kunci kebahagiaan ibu rumah tangga menurut saya. Boleh simak pendapat Ernawati Lilys tentang ibu rumah tangga bahagia di postingan Ibu Rumahtangga Yang Bahagia.
betul ya tapi ada satu saat kita lelah banget dan marah2 jadinya, tp manusiawi ya
ReplyDeleteBener banget Mbk Inna, berpikir positif diperlukan supaya ibu2 bisa waras mengurus RT dan mengasuh anak yaaaa TFS
ReplyDeletehati yang hangat kaya kalau habis makan cream soup
ReplyDelete