Thursday, October 13, 2016

Hidup Tanpa Drama



"Hidup itu kurang kalau nggak ada drama.

Kalau perlu... mengundang bahaya!"

Jujur, saya sebel banget lihat iklan makanan ringan yang satu ini. Oke, hidup tanpa drama itu rasanya kurang. Tapi belum pernah kan, ngerasain hidup penuh drama? Hidup dengan drama SETIAP HARI? Belum pernah kaan...


Living with the drama queen itu nggak gampang, saudara-saudara. Energi negatif yang terus menerus terpancar, semakin lama bisa menggerus alam bawah sadar kita. Akhirnya, kita ketularan berbuat yang negatif juga. Dampaknya bisa kena ke orang-orang terdekat. Anak-anak misalnya, mereka sering menjadi korban dari pelampiasan rasa tertekan saya.

Jika tidak membentengi diri sendiri, saya pasti berubah menjadi drama queen juga. Percayalah, saya sudah merasakannya sendiri. Untung saya keburu sadar. Apa yang saya lakukan sama persis seperti kelakuan sang drama queen. Well, air cucuran atap pasti jatuh ke pelimbahan bukan? Saya pun buru-buru mencari ember, agar air cucuran atap tersebut jatuh ke tempat lain...

That's me in the corner

That's me in the spot light

Loosin' my religion

Saya berusaha keras mempertahankan kewarasan saya. Jika saya ikut meledak, apa jadinya nasib keluarga ini? Nasib anak-anak kalau saya nggak ada? Gampang. Suami tinggal cari istri baru. Anak-anak akan punya ibu baru. Nah, di situ saya merasa tidak rela dan berusaha keras untuk waras.

Tapi, ada masanya saya merasa sudah tidak kuat lagi.

"Mi, titip anak-anak ya kalo ada apa-apa sama aku..."

"Dih, Eneng kok ngomong gitu? Emang kenapa, Neng?"

"Siapa tahu aku ke Cilendek..." 

(Cilendek adalah tempat rumah sakit jiwa di Bogor)

Itu adalah cuplikan percakapan saya dan Umi Aam, asisten rumah tangga saya saat itu, sekitar tahun 2015. Waktu di mana saya merasa tidak sanggup meneruskan hidup setelah tinggal seatap selama satu tahun. Baru satu tahun, men. Udah nggak kuat? 

Terus sekarang gimana? Alhamdulillah, sekarang sudah jalan lima tahun. Dan saya menyatakan diri ini kuat berkat dukungan orang-orang terdekat yang peduli dengan nasib saya. 

Sekarang, saya hanya bisa pasrah. Drama adalah makanan sehari-hari. Kalau nggak ada drama sehari, itu hampir mustahil. Setiap hari selalu ada drama. Andai di rumah saya ada CCTV, kayaknya lucu juga nonton adegan drama yang sudah seperti adegan sinetron yang lebay itu. 

Saya masih kuat main 'sinetron' ini. Mudah-mudahan. Kan sudah jalan lima tahun. Bayangkan berapa ribu adegan yang sudah saya lakoni. Biasanya saya dapat peran jadi orang jahat. Biar semua penonton menilai saya kejam, setiap hari muncul adegan dibuat-buat yang mengesankan seseorang yang tertindas dan teraniaya. Padahal, saya aselinya sedang tidak berbuat apa-apa. Well, that's the power of acting. Untuk menimbulkan simpati.

Biarlah hanya Allah yang tahu keadaan yang sebenarnya. Siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang jahat dan siapa yang baik. Saya hanya menjalankan peran saja, berdiam diri dan tidak peduli penonton mau berkomentar apa. 

Hidup tanpa drama... adalah impian saya untuk saat ini.

2 comments :

  1. Aiih betapa riwehnya hidup dengan drama Queen. Yang dalam drama asli saja saya tidak suka pada seseorang yang suka menghisap energi positif orang lain apalagi kalau hidup berdampingan bisa mati kaku deh. Yang tabah ya mbak :)

    ReplyDelete
  2. Asli.....bikin capek dan lelah banget....tp gmn lg....hidup emang sebuah drama....tampa di skenario pun udh bisa di lihat....yg buat beda cuma niatnya'

    ReplyDelete

Mohon meninggalkan berkomentar yang sopan.
Komentar dengan link hidup akan saya hapus.

Terima kasih ^_^

Back to Top