Monday, November 3, 2014

Toko Obat Pindah ke Rumah


Hari Selasa, tanggal 28 Oktober 2014. Pagi menjelang siang, saya kembali bertugas jaga toko setelah seminggu absen karena riweuh mengurus boyz yang bergantian sakit. Tetangga toko sebelah langsung menyambut saya dan mengatakan bahwa hari ini adalah hari terakhir beliau berjualan. Mulai besok, jajaran toko tempat kami mengontrak akan direnovasi oleh pemiliknya.

Kaget? Tidak juga. Kabar renovasi toko memang sudah disampaikan jauh hari sebelumnya. Hanya saja, saya tidak menyangka, ternyata waktu berjalan begitu cepat. Duh, berarti sekarang adalah hari terakhir saya berjualan. Berat rasanya...


Foto pada hari terakhir berjualan.
Bukannya membuka toko, saya malah mampir ke toko-toko tetangga. Menggalang kekuatan galau bersama. Haha, enggak kok. Cuma mencari kabar terbaru tentang ke mana mereka akan berjualan sementara toko ditutup. Juga, cari info tentang harga kontrakan yang baru. Ternyata, ada yang sudah mengontrak sementara di tempat lain. Sisanya memutuskan untuk pulang saja ke rumah dan menitipkan barang dagangannya ke rumah Pak Haji (pemilik toko).

Saya mendatangi rumah Pak Haji yang lokasinya ada di belakang toko. Halaman rumah Pak Haji disulap menjadi empat buah ruko yang dikontrakkan untuk berbagai usaha, salah satunya toko obat milik saya. 

Ternyata, Pak Haji sudah berangkat ke tempat kerjanya di proyek bahan bangunan. Saya menjumpai Bu Haji untuk menanyakan tentang renovasi toko. Alangkah terkejutnya saya saat Bu Haji memberi tahu bahwa saya tidak bisa lagi memperpanjang kontrak. Toko hendak dijadikan bengkel motor oleh anak Bu Haji!

Kaget. Saya protes. Kenapa mendadak? Saya kan, belum sempat mencari lokasi lain untuk berjualan. Ternyata, tempat usaha sang anak hendak dipakai oleh pemiliknya. "Daripada anak saya nggak usaha..." kata Bu Haji membela diri.

Ya sudah. Saya pasrah. Saat bertemu dengan Pak Haji, saya kembali menyampaikan protes. Beliau meminta maaf kepada saya. Kabar ini memang mendadak dan baru diketaui Pak Haji seminggu yang lalu. Kesimpulannya, tempat usaha anaknya Pak Haji 'digusur' oleh pemiliknya. Lalu, tempat usaha saya digusur oleh sang anak pemilik toko. Jadi gusur-menggusur dong.

Pak Haji merasa tidak enak kepada saya. Beliau pun tidak ingin tempat usaha anaknya berpindah lokasi. "Kita tunggu saja sebulan ini. Semoga pemiliknya berubah pikiran. Kabarnya beliau belum punya cukup modal untuk membangun tempat usaha yang baru di lokasi anak saya. Yah, mudah-mudahan sih, nggak jadi. Supaya kita sama-sama tenang." kata Pak Haji menenangkan saya yang tampak galau.

Baiklah. Saya berserah diri dan pasrah sepenuhnya kepada Allah. Jika ada rejeki, mudah-mudahan saya bisa menemukan toko untuk berjualan lagi dengan lokasi yang bagus. Untuk sementara, toko saya pindahkan ke rumah. Ya, saya akan full berjualan di rumah dulu. Memang sih, selama ini ada toko obat (di depan komplek) dan warung obat (di rumah). Jadi sekarang, toko obat full buka di rumah.

Keesokan harinya, tanggal 29 Oktober 2014, saya resmi pindahan. Dengan bantuan Mbak Titin (karyawan toko saya satu-satunya) dan Abud (supir tembak mantan tukang ojek langgganan saya), kami bertiga mondar-mandir mengangkut barang dengan mobil kantor yang ada di rumah. Kebetulan Bapa sedang ke Banyuwangi, jadi ada mobil nganggur yang bisa dimanfaatkan.

Etalase yang kosong

Bolak-balik angkut barang pakai mobil dinas

Dd Irsyad yang selalu ikut ke mana pun saya pergi, juga diajak bolak-balik saat mengangkut barang. Sempat diselingi mencari terpal, mencari atm, dan mengantar bekal ke sekolah Kk Rasyad. Hari yang lumayan melelahkan...

Selesai? Belum. Saat saya hendak menitipkan etalase ke rumah Pak Haji, ternyata sudah tidak ada tempat lagi alias penuh! Saya terlambat. Pekarangan rumah Pak Haji sudah penuh dengan etalase dan barang-barang dagangan tetangga saya. Kemarin, sebelum pulang ke kampung halamannya, tetangga saya sudah lebih dahulu menaruh barang-barang di sana. Jadi? Etalase 'segede gajah' ini terpaksa harus saya bawa pulang!

Hari sudah siang. Kebanyakan mobil sewaan untuk mengangkut barang sudah berangkat. Mengangkut etalase saya tunda hingga besok pagi. Lagipula, kami sudah kelelahan. Istirahat dulu.

Hari Kamis, tanggal 30 Oktober 2014. Mobil bak terbuka berhasil kami sewa. Pukul 10.00 WIB, etalase sudah diantar ke rumah. Saya memang tidak ikut ke toko dan memutuskan menunggu di rumah saja. Saya kan hanya perempuan, pasti tidak banyak membantu proses penggotongan etalase ke atas mobil. 

Etalase tiba di rumah

Saya tahu, menggotong etalase itu tidak mudah. Waktu pindahan jarak dekat saja udah riweuh. Apalagi harus gotong ke atas mobil. Benar saja. Untuk mengangkat etalase besar ini diperlukan tenaga enam orang! Saya membayar empat orang untuk tenaga bantuan (supir, kernet, Abud, dan tukang ojek temannya Abud). Ketika mengangkat etalase besar, dua tetangga turut membatu dengan sukarela. Terima kasih, ya!

Menurunkan etalase besar.

Paling menegangkan, tentu saja saat menurunkan etalase besar. Huft! Ngeri juga ngeliatnya. Takut jatuh dan kacanya pecah. Untung saja abang-abang ini cukup mahir berstrategi dengan balok kayu dan kardus bekas sebagai alas. Etalase besar akhirnya bisa ditaruh dengan selamat di tembok depan rumah. Agar aman dari anak-anak, kaca etalase dibuat menghadap ke tembok. Setelah itu, etalase ditutupi terpal besar dan diikat kuat ke pinggiran tembok yang dipaku.

Etalase panjang di teras rumah

Etalase kedua, yang tingginya 120 cm dan panjang 2 meter, saya taruh di teras depan rumah. Sebagian etalase ditutupi terpal. Sisanya sengaja dibiarkan terbuka untuk saya menaruh sebagian dagangan nanti. Rencananya sih, pengen majang hasil prakarya inas craft di etalase ini (aamiin).

Rumah saya yang mungil dengan perabotan seadanya ini harus diatur sedemikian rupa agar dagangan obat bisa tertata dengan rapi. Rak buku dikorbankan untuk menaruh obat luar. Lemari buku yang di balik pintu juga. Etalase warung dibuat padat muatannya. Sisa barang ditaruh di etalase ketiga (dari toko) yang saya simpan di kamar gudang. Penampakan ada pada foto berikut:

Horee! Muat semua!

Sedih. Sekarang saya tidak bisa lagi berangkat  dari rumah untuk menjaga toko. Memang sejak tidak punya asisten rumah tangga (ART), saya kurang rajin jaga toko karena riweuh di rumah. Jaga toko dengan ditemani (sambil dirusuhi) Dd Irsyad juga sudah bisa saya nikmati. Buka toko di rumah, jelas penghasilannya jauh berbeda dengan saat masih buka di pinggir jalan. Berapa pun penghasilan yang kami dapatkan nanti, semoga kelak bisa membawa berkah. Aamiin.

Pojok toko tempat saya biasa mangkal

22 comments :

  1. Aamiin. Mudah2an cepat dapat ruko yg lebih baik dari sebelumnya ya mak...

    ReplyDelete
  2. Pindah ke rumah malah bisa disambi kan mak.. semoga tetep lancar jualannya dimanapun berada ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. selama ini mmng sdh nyambi sama warung, cuma diseling jaga toko. skr jd full jaga di rumah :)
      aamiin, makasih buat doanya mak muna :*

      Delete
  3. Semoga tetap laris manis dagangannya. Btw foto terakhir jadul banget nuansa nya..xixixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih, mak ade :)
      hihi iya, itu sengaja. biar kesannya kenangan yg tak terlupakan :')

      Delete
  4. mudah2an lebih berkah ya mbak di rumah dan segera dapat ruko aamiin

    ReplyDelete
  5. pndah rumah emang riweuh ya mak, semoga terus bertambah rezekinya

    ReplyDelete
  6. deg deg an pas baca tentang penggotongan lemari kaca itu mak :D

    semoga laris manis tanjung kimpul ya mak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. itulah sebabnya aku ga mau ikut ke toko pas proses penggotongan ke atas mobil. sereeemm!
      aamiin makasih doanya mak rini :*

      Delete
  7. Etalase sebesar itu memang perlu HATI HATI membawanya. Harus dengan tenaga yang kuat dan trampil ya Kalau jatuh PECAH bukan saja berpotensi menimbulkan kerugian, juga mengundang bahaya. Kaca soalnya

    ReplyDelete
  8. semoga mendapatkan tempay yg asik lagi ya mabak....
    di kampung saya skrg juga banyak ruko2nya....
    banyak pedagang baru nya mbak, di dekatku banyak nelayan so merekalah yg jadi konsumenya hihi

    salam kenal ya mbak

    ReplyDelete
  9. Hari yang riweuh ya mak, moga tambah laris dagangannya ya aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi iyah, mak irits :D
      aamiin. makasih buat doanya :)

      Delete
  10. euleuh,, oasti riweuh pisan... kebayang.. semoga di rumah juga semakin laris dan tetap berkah ya, mak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. heu euh...hadeuuhh....
      aamiin. makasih doanya, mak orin :)

      Delete

Mohon meninggalkan berkomentar yang sopan.
Komentar dengan link hidup akan saya hapus.

Terima kasih ^_^

Back to Top