Pages

Monday, December 2, 2013

Pengamen di Toko Obat



Sering bertemu dengan pengamen? Pasti sering, ya. Pengamen kan, ada di mana-mana. Di persimpangan jalan, di tempat makan kaki lima, di dalam kendaraan umum, bahkan datang ke depan pintu rumah. Saat saya menjaga toko, pegamen juga kerap datang. Sebenarnya, saya orang yang paling nggak tegaan sama yang namanya pengamen. Meski seringkali merasa terganggu, tapi saya selalu memberikan sedikit uang receh untuk pengamen, di mana pun itu. 
   
Ada yang bilang, jangan dibiasakan memberi uang kepada pengamen. Khawatir nanti uangnya dipakai untuk keperluan yang tidak baik. Lalu, ada juga yang bilang sebenarnya pengamen itu penghasilannya cukup besar, jadi dia nggak bakalan mau cari pekerjaan yang lain. Maka jika orang-orang kompak tidak memberi uang lagi pada pengamen, maka para pengamen dengan sendirinya akan berkurang jumlahnya dan mencari pekerjaan yang lain, lalu orang-orang yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka akan bernafas dengan lega.

Sumber foto dari sini
Saya bukan membela pengamen. Kadang-kadang, saya bertemu dengan pengamen yang sungguh-sungguh berbakat. Suaranya merdu. Mendengarkan nyanyiannya saya jadi terhibur. Jika bertemu dengan pengamen yang demikian, saya pasti langsung memberi uang receh cukup banyak. 

Itu untuk pengamen jalanan. Bagaimana dengan pengamen yang sering datang saat saya menjaga toko? Kalau bertemu pengamen jalanan kan, hanya sesekali. Kalau di toko, bisa bertemu pengamen berkali-kali! Wah, bisa mengurangi omset dagangan nih kalau kebanyakan ketemu pengamen. Kalau semuanya bisa menghibur sih, nggak masalah. Tapi semua pengamen yang saya temui di toko kok perasaan nggak ada yang bener yaa... Hampir semuanya mengamen dengan asal dan saya akhirnya jadi merasa terganggu. 
 
Sumber foto dari sini dan sana

Sudah lihat foto di atas? Naah, kalau ketemu pengamen Arman Maulana beneran, saya juga mau. Deu, menghayal banget ya, haha! Eh jangan salah, saya sudah pernah bertemu Arman Maulana beneran, lho! Waktu itu saya mau berangkat bulan madu dengan mantan pacar saya. Kami satu pesawat dengan rombongan grup band Gigi dan Potret. Waah, aslinya Arman memang keren banget lho. Artis gitu lho! Sayang, saya terlalu pemalu untuk menegur. Hanya suami saya yang berani menegur Melly Goeslaw. Hehe.. kok ceritanya jadi ngelantur.

Kembali tentang pengamen di toko obat. Pengamen seperti apa saja yang kerap datang mengamen di toko? Rupa-rupa warnanya...eh maksudnya, ada banyak macamnya. Sayang saya tidak sempat memfoto secara langsung dan tidak menemukan foto yang cocok dari Mbah Google untuk ditampilkan di sini. Mereka yang sering mampir mengamen di toko saya adalah:


Pengamen jalanan dengan gitar. Biasanya yang ngamen adalah pemuda tanggung dan datang seorang diri. Mereka cukup sopan dan pengertian. Jika ditolak, pasti akan langsung pergi. Pernah ada pengamen yang pergi lalu kembali lagi dan bertanya sejenis obat yang biasa digunakan untuk mabuk-mabukan, Duh, maaf ya, kita nggak jual yang begituan!



Pengamen wanita. Biasanya ibu-ibu pakai topi. Nyanyiannya sering nggak jelas gitu. Merdu juga enggak. Ada yang bawa kicrik-kicrik untuk dijadikan musik pengiring. Ada juga yang nggak bawa apa-apa alias langsung nyanyi gitu aja. Karena bernyanyi tanpa penghayatan, mereka sudah biasa ditolak dan berlalu dengan santai.


Pengamen jalanan dengan gerobak berisi speaker. Pengamennya satu atau dua orang dan menyanyi menggunakan mikropon sambil diiringi musik dari pengeras suara. Temannya yang lain membawa gerobak berisi speaker yang ukurannya besar dan bersuara kencang. Saya pernah bertemu dengan rombongan pengamen yang ternyata satu keluarga. Ayahnya mendorong gerobak, Ibu dan anak perempuan yang masih berseragam sekolah menyanyi bersama, dan sang adik laki-laki yang masih kecil duduk di atas gerobak.  Ibu dan anaknya memang bersuara merdu. Agak terharu juga saya melihat kebersamaan keluarga ini. Salut untuk kedua orangtuanya yang tidak membiarkan sang anak putus sekolah.


Pengamen kuda lumping. Biasanya mereka mengamen berdua namun tidak berjalan berbarengan, tapi di sisi jalan yang berseberangan. Keduanya sama-sama menyusuri jalan dan mengamen dari satu toko ke toko berikut. Mereka berdandan dengan make up tebal seperti memakai topeng. Kuda lumping dibawa sebagai pelengkap aksi. Suara keras yang keluar dari tape rekorder berupa musik dengan alunan gamelan. Hebohnya, mereka membawa cambuk! Cetar! Cetarrr!!! Suaranya begitu membahana (cocok bukan: cetar membahana). Lumayan manakutkan juga untuk anak kecil yang menyaksikannya. Takut kena cambuk.


Pengamen bencong alias waria. Sama seperti pengamen wanita, biasanya pengamen bencong ini bernyanyi sendirian sambil membawa alat bantu pengiring musik berupa kicrikan atau sesuatu yang bisa berbunyi kicrik-kicrik (seperti kumpulan tutup teh botol). Namanya bencong, tentu saja dia adalah seorang pria berpakaian wanita. Kalau mengamen susah diusir dan akan terus bernyanyi sampai diberi uang.

Pengalaman bertemu pengamen di toko yang paling menggelikan adalah saat saya menghadapi pengamen bencong. Ketika dia datang dan mulai bernyanyi, saya mengusirnya dengan halus.

"Maaf, ya..." kata saya sambil mengacuhkannya. Saya nggak manggil 'mbak' atau 'mas'. soalnya bingung.

Lalu dia menjawab sambil tetap mengamen, "Gopek aja, cyiin..." 

Dia pun mengedip-ngedipkan matanya. 

Ketika saya beri uang receh, dia tersenyum genit. 

Sambil mengerjapkan matanya, dia pun berlalu, "Makasih, yaa!" 

Dan saat menatap wajahnya, saya baru sadar. Rupanya, pengamen bencong tadi menggunakan bulu mata palsu berwarna hijau menyala! Alamaakk!!!


12 comments:

  1. heheheehe..g kebayang bulu matanya yg nyentrik itu mbk hahaha

    ReplyDelete
  2. jahat juga kalo pengamennya dicuekin sampe dower. sesekedarnya saja. dan inget memberi pesan: inget sholat ya, men.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kesian. Saya termasuk orang yg ga tegaan. Pasti ngasih terus kalo ada yg ngamen

      Delete
  3. hehe..klo saya tergantung suaranya bagus nggak mbak, klo bagus dikasih lebih :), eh, tapi tergantung ketersediaan duit receh di kantong juga siih..hehe
    lebih mengapresiasi mereka daripada pengemis :)
    salam kenal mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Naah kalo merdu, pasti dikasih uang receh lebih deh :)
      Salam kenal kembali, Mbak ^_^

      Delete
  4. ngakak guling2 liat pengumuman yang di atas :))

    kadang pengamen juga suka ada yang "asal bunyi" sih ya mak :( kaya anak-anak kecil yang bawa kecrekan itu.. duh, ortunya pada kemana sih.. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi..awas teguling, Mak Riana :D
      Aku pernah liat anak kecil ngamen kikicrikan di jalan. Pas udah lampu ijo, tu anak langsung nyetorin uang ke ibunya yg ngumpet di balik pohon. Duh, teganya :(

      Delete
  5. mau bangeeet kalo pengamennya Armand Maulana...kaseeeep euuuy :D...btw, saya selalu mencoba menikmati suguhan para pengamen, termasuk dengan ikutan nyanyi hehehe,,,jadi kalau suara mereka asal2an, jadi malu sendiri kan :D...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyah, beneran kasyep, sumpah :D
      Wah, Mak Indah pasti suaranya merdu ya. Kalo saya mah pas denger pengamen yg enakeun, ikut nyanyi dalam hati aja. Soalnya kalo kedengeran, orang2 pada lari semua denger suara saya, hihihi

      Delete
  6. Assalamualaikum Bunda,
    Kebetulan saya tertarik untuk membuka usaha Toko Obat, namun saya masih "blank" mengenai item-item obat yang nantinya akan dijual di toko tersebut. Barangkali Bunda punya gambaran atau list item2 yang di jual di toko Obat yg Bunda miliki. Oh iya, kalau boleh tahu lokasi Toko Obat Bunda dimana Ya..? Trims...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walaikumsalam
      Boleh kontak saya di email rianawldari@gmail.com

      Delete

Mohon meninggalkan berkomentar yang sopan.
Komentar dengan link hidup akan saya hapus.

Terima kasih ^_^